Keterlibatan mid management, kepercayaan pegawai pada pimpinan dan pelopor perubahan yang kompeten merupakan faktor penting pembentuk (High Performance Organization/HPO) di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menjadi dimensi yang dominan dari OCC (Organizational Capacity for Change) untuk mencapai kinerja tingginya. Ketiga dimensi ini merupakan tingkat interelasi faktor dominan yang mempengaruhi OCC, sehingga ketiga faktor ini harus diperkuat. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Danarsiwi Tri Lastiwi.

“Dalam kinerja organisasi, faktor dominannya adalah kualitas manajemen, perbaikan dan pembaharuan berkelanjutan, serta keterbukaan dan orientasi tindakan. Manajemen organisasi harus dapat menjadi panutan bagi anggota organisasi. Organisasi harus terus-menerus menginovasi kompetensi intinya dengan menyediakan infrastruktur riset yang terus diperbaharui, dana riset, SDM periset difasilitasi untuk terus memperkuat kompetensinya. Manajemen organisasi harus sering melakukan dialog dengan karyawan dan menyediakan waktu yang cukup untuk pertukaran pengetahuan dan pembelajaran,” kata Dr. Danarsiwi.

Lebih lanjut, Dr. Danarsiwi menyebut bahwa tingkat Organizational Capacity for Change (OCC) di BRIN dalam kategori tinggi dengan rerata persentase skor 75,41. Hal-hal yang patut mendapat perhatian adalah perlu optimalisasi Person In Charge (PIC) untuk memberikan laporan berkala dan reminder dari informasi yang ada di intra BRIN agar pimpinan bisa tetap memantau, karena kesibukan pimpinan dalam menjalankan tugas strategis organisasi, besar kemungkinan ada hal-hal urgent yang terlewatkan.

“Tingkat kinerja BRIN dikategorikan dalam kriteria tinggi dengan skor 74,10. Artinya, kinerja BRIN yang diukur dari kualitas manajemen, keterbukaan dan orientasi tindakan, perbaikan dan pembaruan berkelanjutan, orientasi jangka panjang dan kualitas SDM telah baik. Namun begitu, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian organisasi yaitu manajemen organisasi harus terus membimbing anggota organisasi untuk mencapai hasil yang lebih baik. Manajemen organisasi harus lebih efektif, anggota organisasi dilibatkan dalam proses penting dan manajemen organisasi mesti mentolerir terjadinya kesalahan,” kata Dr. Danarsiwi melanjutkan.

Untuk perbaikan dan pembaruan berkelanjutan ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian yaitu proses organisasi mesti terus disederhanakan, informasi keuangan maupun non keuangan dilaporkan kepada anggota organisasi. Manajemen BRIN harus mengetahui kondisi pegawai secara real, sehingga peningkatan kemampuan pegawai dengan berdasarkan kondisi eksisting bisa dilakukan untuk dapat mencapai kualitas organisasi yang diharapkan. Secara keseluruhan Kepala BRIN dan jajarannya telah berupaya keras untuk membangun organisasi dan lingkungan yang mendukung riset.
“Diperlukan strategi untuk memperkuat dimensi-dimensi yang menjadi faktor dominan OCC sehingga dimensi yang menjadi faktor dominan HPO juga akan semakin kuat. Keterlibatan mid manajemen yang baik akan meningkatkan kualitas manajemen. Meningkatnya kepercayaan pegawai pada pimpinan akan memperkuat keterbukaan dan orientasi tindakan, dan pelopor perubahan yang kompeten akan meningkatkan perbaikan dan pembaruan berkelanjutan,” ungkapnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Danarsiwi melalui hasil disertasinya yang berjudul ‘Analisis Faktor Pembentuk High Performance Organization pada Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Organizational Capacity for Change’. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan perubahan organisasi yang dialami oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional. Pada tahun 2018 diawali dengan reorganisasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang meliputi pembenahan manajemen internal. Pembenahan ini diiringi dengan percepatan peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM, perekrutan diaspora secara massif, kolaborasi dengan mitra dari dalam dan luar negeri, serta peningkatan peran LIPI sebagai penyedia infrastruktur penelitian nasional, dan wadah kolaborasi untuk aktivitas kreatif berbasis iptek yang terbuka bagi semua kalangan.

Dalam melakukan penelitiannya, Dr. Danarsiwi menitikberatkan pada internal resources yang dimiliki oleh organisasi yaitu customer internal engagement, khususnya pada employee engagement. Melalui teori Organizational Capacity for Change (OCC), Dr. Danarsiwi melakukan exercise terhadap dimensi dan indikator OCC tersebut sehingga organisasi dapat mencapai kinerja tingginya (High Performance Organization/HPO). Promovendus melakukan penelitian melalui tahapan preliminary riset dengan merumuskan permasalahan penelitian, melakukan studi literatur, observasi terhadap pro dan kontra di kalangan periset BRIN dilanjutkan dengan wawancara dengan Kepala BRIN.

Melalui hasil penelitiannya, Dr. Danarsiwi memberikan saran yakni untuk menginformasikan kepada pegawai bagaimana perubahan yang sedang dilakukan akan memajukan organisasi. Dr. Danarsiwi mengatakan bahwa pimpinan perlu memperhatikan agar komunikasi berjalan dengan baik, dari pimpinan ke pegawai, tepat waktunya, ke seluruh unit kerja yang berkepentingan maupun dari stakeholder ke organisasi.

“BRIN perlu meningkatkan sistem komunikasinya agar dapat mendukung tingginya kapasitas perubahan organisasi, dan meningkatkan kinerjanya dalam hal keterbukaan dan orientasi tindakan, manajemen organisasi menyambut baik perubahan dan organisasi didorong oleh kinerja agar inovasi kerja pegawai semakin berkembang dan akan berimbas pada peningkatan HPO. Selain itu, penelitian lanjutan dapat dilakukan terhadap organisasi publik lain yang sedang dalam fase perubahan dengan fokus pada dimensi dan indikator yang perlu mendapat perhatian, agar organisasi dapat berbenah sehingga organisasi tersebut dapat mencapai kinerja optimalnya,” kata Dr. Danarsiwi menambahkan.

Dr. Danarsiwi berhasil menjadi lulusan Program Doktor FIA UI ke-28 dan lulusan ke-217 sebagai Doktor di bidang Ilmu Administrasi Universitas Indonesia yang dipromosikan pada Kamis, 12 Januari 2023 di Gedung M FIA UI dengan Ketua Sidang UI Prof. Dr. Amy.Y.S. Rahayu, M.Si., serta dihadiri oleh Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., M.M., sebagai promotor dan Dr. Pantius Drahen Soeling, M.Si. sebagai co-promotor. Adapun tim penguji dalam sidang kali ini adalah Prof. Drs. Azhar Kasim, M.PA., Ph.D, Prof. Dr. Martani Huseini, Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc., Dr. Wilfridus B. Ellu, dan Dr. Fibria Indriati, M.Si.