Tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) berhasil meraih juara 2 dalam Business Case Competition Management Festival 2024 “Optimizing the Role of Digital Transformation to Build a Creative Business Industry in the Society 5.0 Era” yang diselenggarakan oleh Universitas Hayam Wuruk Perbanas pada 23 Maret 2024. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Lucas Gabrielle Octory L.T, Addinda Lizaniya Desyaufa, Muhammad Reza Pahlefy; yang ketiganya merupakan mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga angkatan 2022.
Melalui lomba ini, ketiganya membahas mengenai isu penting tentang bagaimana peran transformasi digital dapat dioptimalkan untuk membangun industri bisnis kreatif yang tangguh dan berkelanjutan di era Society 5.0. Dalam konteks ini, kata Lucas, transformasi digital telah menjadi tren signifikan di berbagai sektor, termasuk industri bisnis kreatif seperti desain, seni, hiburan, dan media. Industri kreatif telah memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan produk dan layanan yang inovatif serta melibatkan audiens secara lebih interaktif.
“Dengan mengoptimalkan peran transformasi digital, industri kreatif dapat mengembangkan produk dan layanan yang lebih inovatif, meningkatkan efisiensi, memperluas jangkauan pasar, dan menciptakan pengalaman yang lebih menarik bagi konsumen,” ungkap Lucas.
Lebih lanjut, Addinda menyebut bahwa dampak dari optimalisasi transformasi digital dalam industri bisnis kreatif di era Society 5.0 sangatlah signifikan bagi masyarakat. Pertama, hal ini dapat membuka peluang ekonomi baru, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua, inovasi dan kreativitas dapat terdorong dengan memanfaatkan teknologi digital, sehingga menghasilkan produk dan layanan yang lebih beragam dan menarik bagi masyarakat.
“Mengoptimalkan peran transformasi digital dalam industri bisnis kreatif di era Society 5.0 membuka peluang besar bagi masyarakat untuk merasakan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya yang signifikan. Transformasi digital memungkinkan kolaborasi dan konektivitas yang lebih besar antara pelaku industri kreatif, baik di tingkat lokal maupun global. Melalui platform digital, para kreator, desainer, seniman, dan profesional lainnya dapat dengan mudah berkolaborasi, berbagi ide, dan mengembangkan proyek-proyek bersama, terlepas dari batasan geografis,” ungkap Lucas.
Hal ini, kata Reza, mendorong pertukaran budaya, perspektif, dan kreativitas yang lebih beragam, serta menghasilkan karya-karya yang lebih kaya dan bernilai. Selain itu, transformasi digital juga berperan dalam membantu semua insan untuk dapat mengakses dan berpartisipasi dalam industri kreatif. Dengan adanya platform seperti media sosial, situs web, dan aplikasi seluler, individu dan komunitas yang sebelumnya kurang dijangkau dapat lebih mudah mempromosikan karya mereka, meraih audiens yang lebih luas, dan berpartisipasi dalam industri kreatif.
“Kemudian, hal ini mendorong inklusi sosial, keberagaman, dan ekspresi budaya yang lebih kaya di masyarakat. Optimalisasi transformasi digital juga membuka peluang pendapatan dan kewirausahaan baru dalam industri kreatif. Para kreator dapat memanfaatkan platform digital untuk menjual produk dan layanan mereka secara langsung kepada konsumen, tanpa tergantung pada perantara tradisional. Selain itu, model bisnis baru seperti langganan digital, dan penjualan konten digital memberikan sumber pendapatan alternatif bagi para pelaku industri kreatif,” kata Reza.
Addinda menekankan bahwa dengan mengoptimalkan peran transformasi digital secara bijak, industri bisnis kreatif dapat berkontribusi secara signifikan dalam mewujudkan masyarakat yang lebih kreatif, inklusif, dan makmur di era Society 5.0.
Ketiganya berhasil menyabet juara 2 setelah melewati babak penyisihan hingga presentasi yang berlangsung dari 26 Februari sampai dengan 23 Maret 2024.
“Sebagai mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga, kami memandang bahwa lomba business case competition merupakan sebuah ajang yang sangat penting bagi kami untuk dapat membuktikan pemahaman kami terhadap materi-materi yang kami pelajari di kelas,” kata Lucas.
Reza menyebut bahwa kesempatan lomba ini menjadi sumber motivasi yang luar biasa bagi ketiganya untuk dapat menunjukkan kemampuan mereka untuk mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari dalam sebuah kompetisi yang sesungguhnya, dimana ketiganya harus bersaing dengan puluhan tim yang berasal dari berbagai universitas terkemuka di seluruh Indonesia.
“Persiapan yang kami lakukan adalah dengan mempelajari framework yang tepat, mencari benchmark perusahaan yang dapat dijadikan acuan dan membaca proposal dari lomba-lomba terdahulu yang kami miliki, selain itu untuk dapat tampil baik dalam presentasi kami membuat deck dengan model consulting, selain itu kami juga berlatih selama 3 jam dalam melakukan presentasi mulai dari membuat draft, pembagian slide yang akan dibaca dan juga intonasi cara pembacaan,” kata Addinda.
“Kemenangan pertama adalah ketika Anda meyakinkan diri sendiri bahwa Anda dapat menang,” pungkas Lucas.