Di era saat ini yang disebut-sebut sebagai era revolusi industri 4.0, dibutuhkan organisasi sektor publik yang inovatif dan adaptif terhadap berbagai perubahan. Inovasi dapat mempengaruhi daya saing suatu bangsa, sehingga inovasi menjadi suatu instrumen untuk memenangkan persaingan di kancah global. Oleh karena itu, inovasi harus menjadi perhatian serius bagi sektor publik mengingat prestasi Indonesia masih belum menggembirakan.

Pernyataan pembuka tersebut disampaikan Dr. Wayu Eko Yudiatmaja, S.IP., MPA, pada acara sidang promosi Doktor dalam bidang Ilmu Administrasi, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, Rabu (03/01/2024) di Auditorium EDISI 2020 Gedung M FIA UI. Dr. Wayu mengangkat judul disertasi “Perilaku Inovatif Pegawai Milenial di Sektor Publik: Anteseden, Mediator, dan Konsekuensinya Terhadap Task Performance Aparatur Sipil Negara di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta”.

Di dalam disertasinya Dr. Wayu mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku inovatif pegawai milenial di tempat kerja. Selain itu, ia juga menginvestigasi pengaruh perilaku inovatif terhadap task performance pegawai milenial di sektor publik. Studi yang dilakukan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya inovasi, iklim inovasi, dan expected images, terhadap perilaku inovatif pegawai milenial.

“Kepemimpinan transformasional dan budaya inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku inovatif. Sedangkan iklim inovasi tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku inovatif. Kemudian, kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap expected image gains dan expected performance outcomes, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap expected image risk. Budaya inovasi berpengaruh signifikan terhadap expected image risk dan expected performance outcomes, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap expected image gains. Iklim inovasi berpengaruh signifikan terhadap ketiga expected images,” kata Dr. Wayu menyampaikan hasil kajian disertasinya.

Selain itu, hasil disertasi juga menunjukkan bahwa expected image gains dan expected performance outcomes memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku inovatif, sementara expected image risk tidak berpengaruh terhadap perilaku inovatif. Perilaku inovatif meningkatkan task performance. Terakhir, terdapat peranan expected image gains dan expected performance outcomes dalam memediasi efek kepemimpinan transformasional, budaya inovasi, dan iklim inovasi terhadap perilaku inovatif.

“Sementara itu, tidak ditemukan peranan mediasi expected image risk. Artinya, expected image gains dan expected performance outcomes memiliki peranan penting dalam meningkatkan pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya inovasi, dan iklim inovasi terhadap perilaku inovatif.

Secara akademik, penelitian yang dilakukan oleh Dr. Wayu berkontribusi terhadap kajian mengenai perilaku inovatif dalam konteks manajemen sumber daya manusia (MSDM) sektor publik melalui tiga cara. Pertama, penelitian ini telah mengeksplorasi model integratif perilaku inovatif, yang meliputi uji pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya inovasi, iklim inovasi, dan expected images terhadap perilaku inovatif pegawai milenial di sektor publik. Kedua, studi ini memperluas kajian Yuan & Woodman (2010) dengan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya inovasi, dan iklim inovasi terhadap expected images dan perilaku inovatif pegawai milenial di organisasi publik.

“Ketiga, penelitian ini mengaplikasikan metode terbaru atau upsilon untuk menganalisis effect size mediasi. Dengan metode ini, hasil penelitian dapat menghindari bias yang muncul pada saat uji mediasi sehingga analisis penelitian ini lebih robust dibandingkan penelitian lain yang belum menggunakan metode tersebut,” ungkapnya.

Dr. Wayu Eko Yudiatmaja juga menjelaskan beberapa implikasi penting dari penelitiannya terhadap praktik MSDM di sektor publik. Penelitian ini mengindikasikan urgensi perilaku inovatif pegawai milenial di sektor publik. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi perlu mempertimbangkan parameter inovasi individu dan tim dalam setiap fungsi MSDM di sektor publik.

“Bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, beberapa hal perlu dilakukan untuk meningkatkan perilaku inovatif pegawai milenial. Dari sisi manajerial, manajer pada berbagai level harus senantiasa memberikan dukungan, stimulasi, inpirasi, dan motivasi kepada pegawai milenial karena pegawai adalah kunci dari proses inovasi dalam organisasi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu menyediakan lingkungan yang senantiasa merangsang perilaku inovatif para pegawai milenial dan perlu penguatan terhadap penerapan aturan-aturan tersebut, sehingga pegawai milenial merasa terjamin ketika mengambil inisiatif perubahan dan tindakan kreatif,” kata Dr. Wayu.

Terakhir, kata Dr. Wayu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu menyusun sistem reward yang jelas dengan mempertimbangkan perilaku inovatif pegawai sebagai salah satu standar penilaian. Hal ini bertujuan agar setiap orang terpacu untuk menampilkan unjuk kerja yang kreatif dan inovatif di tempat kerja.

Dalam acara sidang promosi doktor ini, Dr. Wayu berhasil menjadi doktor ke-37 dari Fakultas Ilmu Administrasi dan ke 225 dalam Ilmu Administrasi dengan yudisium Cumlaude.

Sebagai informasi, sidang promosi doktor Dr. Sad Dian ini diketuai Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., M.M. dengan Promotor: Dr. Roy Valiant Salomo, M.Soc.Sc. dan Co-Promotor: Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag.rer.publ. serta penguji terdiri dari Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., M.A.; Dr. Herman, M.Si.; Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si.; Dr. Lina Miftahul Jannah, M.Si.; dan Dr. Pantius D. Soeling, M.Si.