Kolaborasi dalam ranah akademik tentunya dibutuhkan dalam dunia yang sudah memasuki era globalisasi, dimana untuk mencapai tujuan dan tantangan pendidikan di era industri 4.0.

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) berkolaborasi dengan Sung Kyun Kwan University (SKKU) mengadakan Joint Collaborative Session pada 28 November 2022 dengan mengadakan kelas pertukaran pengajar.

Dr. phil. Reza Fathurrahman, MPP selaku pengajar dari FIA UI menyampaikan mengenai scenario planning sebagai alat dalam pengambilan keputusan. Menurutnya, berpikir dalam kerangka skenario dapat membantu kita memahami logika dari perkembangan, klarifikasi, menemukan faktor dan pemain kunci, serta potensi diri sendiri.

“Skenario biasanya digunakan sebagai alat ketika terdapat ketidakpastian yang signifikan dalam konteks pengambilan keputusan,” ujarnya.

Dirinya juga menjelaskan bahwa scenario planning dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama pengembangan skenario, dan fase kedua yaitu skenario workshop. “Pada fase pertama, skenario dikembangkan berdasarkan berbagai isu signifikan yang bisa dikalkulasi dan mencari isu yang menantang namun rasional untuk masing-masing isu. Lalu pada fase kedua, mendesain dan mengembangkan teknik serta memfasilitasi workshop,” ujarnya.

Sedangkan dari pihak SKKU, Prof. Hyung Jun Park memberikan materi mengenai bagaimana cara menemukan penyelesaian masalah publik berbasis desain proses yang terpusat pada manusia dan kemanusiaan. Prof. Hyung memulai materi dengan menyampaikan bahwa masalah dari masyarakat modern yaitu permasalahan yang cukup pelik sehingga dibutuhkan solusi yang unilinear serta solusi yang kompleks.

“Sehingga pemerintah perlu secara sesuai mendefinisikan masalah sebelum masuk kepada kesimpulan. Pemerintah juga perlu menggunakan data dan kecerdasan kolektif dalam mendefinisikan masalah, identifikasi dan desain dari solusi, serta implementasi dan evaluasinya,” ungkapnya.

Lantas dirinya juga menjelaskan mengenai proses dalam perencanaan yang terpusat pada manusia, dimana dengan menggunakan metode tersebut kita akan dipaksa untuk memanusiakan definisi dari masalah serta terfokus pada geografi spesifik, komunitas yang lebih sempit, serta batas waktu yang terbatas, yang dimana hal tersebut meningkatkan kesempatan kita untuk mengembangkan solusi praktis.

Diketahui, kelas ini dihadiri oleh sekitar lebih dari 100 peserta dari Indonesia maupun Korea.