Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UI menyelenggarakan Kuliah Umum Pengembangan Isu-Isu Kontemporer dalam pelaksanaan Perencanaan Stratejik pada Sektor Publik, Rabu (16/3/2022) pukul 14.00 hingga 16.30 WIB.

Acara dimulai dengan pengenalan FIA UI pemutaran video profile FIA UI. Kemudian dilanjut dengan sesi diskusi dan pemaparan materi dari narasumber. Webinar kali ini dimoderatori oleh Drs. Muh Azis Muslim, M.Si atau kerap disapa Pak Azis yang merupakan manajer umum di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia sekaligus peneliti aktif terkait isu perencanaan stratejik publik. Pak Azis memulai kegiatan diskusi dengan memberikan kata sambutan kepada para peserta webinar, tamu, serta narasumber.

“Saya ingin mengucapkan selamat datang pada setiap kolega yang sudah berkenan hadir dalam webinar ini. Tema hari ini ini menjadi hal yang penting untuk dibahas khususnya melihat perkembangan produk kebijakan yang diambil pemerintah. Tentu ini sangat relevan dengan pembahasan di FIA sehingga ini jadi kuliah yang penting,” sambutnya.

Setelah itu, Pak Azis menyambut dan memperkenalkan narasumber yakni
Direktur Pendidikan Tinggi, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tatang Muttaqin, S.Sos., M.Ed., Ph.D di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Selain itu, pria yang kerap disapa Pak Tatang ini juga aktif menjadi seorang penulis dan telah berhasil merilis beberapa buku.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Pak Tatang yang dimulai dengan menjelaskan pengertian sistem perencanaan pembangunan Nasional yang tertuang dalam UU No.5 Tahun 2004 yakni sistem perencanaan pembangunan Nasional adalah suatu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat daerah.

“Ada empat pendekatan perencanaan publik yakni pertimbangan politik, proses partisipatif, proses teknopraktis, dan proses Button-UP dan Top-Down . Dan tahapan perencanaan pembangunan nasional terdiri dari sebuah siklus yakni penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana, dan evaluasi pelaksanaan rencana,” ungkapnya.

Pak Tatang menegaskan bahwa sebuah perencanaan publik akan dapat berjalan lancar jika ada integrasi pendanaan atau anggaran dana yang sesuai sehingga prioritas tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Lebih lanjut, Pak Tatang menjelaskan mengenai posisi SDM dalam era disrupsi dimana terjadi berbagai macam perubahan tata kelola pemerintah akibat teknologi maupun faktor lainnya. Dalam era disrupsi ini, tambah Pak Tatang, terdapat berbagai tantangan pembangunan yakni pemerintahan digital, kebijakan berbasis data, pemerintahan terbuka, pergeseran budaya, dan orientasi kewilayahan

“Untuk mengatasi disrupsi, dibutuhkan ASN yang memiliki pengetahuan luas, potensi dan kinerja tinggi, adaptif terhadap TIK, dan memiliki perspektif jangka menengah dan panjang sebagai kader birokrasi dan penggerang roda pembangunan,” tandasnya.

Pak Tatang menerangkan bahwa selain ASN, perguruan tinggi juga harus mengambil bagian dan peran dalam perencanaan sektor publik. Dimana administrasi negara dan administrasi pembangunan menempati posisi yang tinggi dalam perencanaan sehingga perencanaan statejik sektor publik menjadi pekerjaan bersama antara pemerintah dengan perguruan tinggi. Pak Tatang menekankan bahwa perguruan tinggi diharapkan memproduksi aktor untuk pembangunan sesuai dengan kebutuhan publik.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama satu jam. Dari lebih dari 190 peserta yang hadir, banyak diantaranya memberikan pertanyaan sebagai bahan diskusi. Salah satu pertanyaan yang menarik datang dari seorang Mahasiswa ilmu administrasi negara FIA UI yakni Kania Fahaliatika Hidaya yang bertanya mengenai jumlah inovasi dan riset di Indonesia yang stagnan bahkan mengalami penurunan.

“Seperti yang kita ketahui bahwa inovasi dan riset menjadi salah satu kunci perencanaan dan pembangunan yang sukses. Namun, belakangan ini jumlah inovasi dan riset yang ada di Indonesia berada pada posisi stagnan dari 2018, bahkan menurun pada tahun 2021. Jumlah peneliti di Indonesia juga terbilang sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk serta proporsi anggaran untuk riset dengan GDP sangat kecil. Apa akar permasalahannya dan bagaimana cara mendorong peningkatan riset dan inovasi tersebut?

Dengan mantap Pak Tatang menjawab pertanyaan tersebut.
“Saat ini inovasi emmang mandek. Namun, dilihat dari sisi anggaran riset memang proporsinya dengan GDP rendah, tapi jumlahnya besar yakni hampir 30 triliun. Cuman memang pemanfaatannya tercecer sehingga agak sulit menghasilkan produk yg inovasi dan invensi yang mampu bersaing di pasar. Sekarang kami sedang menyiapkan PT PP untuk kemajuan IPTEK yang berimplikasi terhadap lembaga riset yang ada di Indonesia,” jawabnya.