Fakultas Ilmu Administrasi mengadakan kuliah gabungan negara dan pasar dengan tema Administrasi Perspektif Sosial Demokrat dan Model Developmental State Asia Timur pada Kamis, Kamis (17/3/2022) pukul 16.30 hingga 18.00 WIB.

Acara dimulai dengan pengenalan pembicara oleh moderator yakni Dr. Vishnu Juwono, S.E., MIA. Pak Vishnu menjelaskan bahwa kuliah umum kali ini akan dibawakan oleh Muhammad Ikhsan atau sering disapa dengan Pak Ikhsan yang merupakan seorang mahasiswa profesor di Departemen Ilmu Politik di National Cheng Kung University, Taiwan.

Kemudian, Pak Ikhsan memulai menjelaskan materinya yakni Sistem Ekonomi Sosial-Demokrat dan Pengalaman Negara Pembangunan dengan menyampaikan sebuah pertanyaan “Mengapa sebagian negara kaya, dan negara lainnya miskin?.” Pak Ikhsan menjelaskan bahwa setiap negara memiliki GDP yang berbeda. Namun, menurut angka GDP, negara yang berada di garis khatulistiwa cenderung kurang sejahtera.

“Mengapa ada perbedaan tingkat kesejahteraan? Terdapat empat hal yang dapat mempengaruhinya yakni letak geografis, kebudayaan setiap negara, kepemimpinan, dan institusi politik dan ekonomi.”

Pak Ikhsan menjelaskan kemudian melanjutkan materinya dengan menjelaskan mengenai sistem ekonomi sosial. Ia menjelaskan bahwa negara yang paling mencerminkan sistem ekonomi sosial-demokrat adalah Jerman. Selain itu, terdapat beberapa negara lainnya yang menganut sistem ini yakni Chile, Syria, dan Uni Eropa.

“Kemunculan sistem ekonomi ini merupakan sebuah adaptasi Jerman terhadap perang dunia yang memporak-porandakan negaranya,” ungkapnya.

Kemudian, Pak Ikhsan menerangkan bahwa sistem ekonomi sosial-demokrat memberikan pelajaran yang penting yakni sistem ekonom tidak lain daripada kesepakatan bersama, dibentuk melalui dinamika kehidupan sosial-politik ekonom suatu negara.

Setelah itu, Mas Ikhsan menjelaskan mengenai The Economic Order untuk mencapai melakukan dua hal yakni memastikan properti individu, kewajiban individu, stabilitas harga, kebijakan ekonomi yang dapat diprediksi, perdagangan bebas, dan lainnya; dan memperbaiki kekuatan pasar, degredasi lingkungan, pemngembangan sosial yang tidak adil, fungsi penawaran tenaga kerja yang abnormal.

“Terdapat tiga faktor penentu kemajuan ekonomi yang bertujuan untuk mencapai kemakmuran. Yakni faktor demografi, faktor ekonomi, dan faktor politik” ujarnya.

Kemudian acara yang dihadiri lebih dari 200 peserta ini berlanjut dengan sesi tanya jawab. Seorang mahasiswa mengungkapkan keingintahuannya dengan menyampaikan sebuah pertanyaan kepada Pak Ikhsan.

“Bagaimana suatu negara mengintervensi negara lainnya ? Salah satunya adalah Indonesia yang seakan-akan dipaksa untuk tetap pada posisi middle income karena punya penduduk agar dapat menjadi target pasar suatu negara?” tanyanya.

Kemudian Pak Ikhsan menjawab dengan mengangkat istilah mengenai perangkap negara menengah.
“Apakah sebuah negara dapat keluar dari perangkap negara berpendapatan menengah tidak dapat dijawab dengan konsep-konsep. Dimana setiap konsep mempunyai kekuatan dan kekurangan dimana jika kita melihat sisi praktis selalu ada dinamika. Namun jika dilihat, Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak kemerdekaan. Jika sistemnya bagus, maka ada kemungkinan Indonesia akan mampu keluar dari perangkap tersebut dan menjadi negara yang lebih maju,” jelasnya.