Brown Bag Discussion #6 PGAR FIA UI: Pursuing Equity in Education

Acara Brown Bag Discussions (BBD) seri ke-6 yang diselenggarakan oleh Policy, Governance, and Administrative Reform (PGAR) FIA UI sukses diselenggarakan pada hari Kamis, 18 November 2021. BBD kali ini mengusung topik diskusi berjudul “Pursuing Equity in Education: Rethinking Affirmative Action Praxis for University-Based Meritocracy in Indonesia”. Topik ini dibawakan oleh pembicara, yaitu Janiscus Pieter Tanesab, M.A., Ph.D selaku dosen FIA UI.

Diskusi BBD kali ini dimulai dengan pembahasan pembicara terhadap kebijakan Affirmative Action (AA) sebagai salah satu kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan disparitas dalam sistem pendidikan Indonesia. Affirmative action yang dijalankan bersama merit system merupakan hal yang penting untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Merit system perlu dibangun melalui seleksi, monitoring terhadap perstasi, hingga post monitoring. Melalui metode penelitian secara kuantitatif dan studi kasus, Janiscus melakukan purposive sampling pada Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang, di Indonesia Timur, sebagai salah satu Universitas yang menerapkan kebijakan AA berbasis merit.

Secara singkat, hasil penelitian menunjukkan bahwa input Affirmative Action memiliki efek (secara tidak langsung) yang signifikan terhadap prestasi akademik (output), meskipun tidak cukup kuat karena kurangnya proses pembelajaran akademik yang efektif. Prof. Eko Prasojo menambahkan pendapatnya bahwa pemberian beasiswa secara affirmative action dapat memberikan dampak dalam kesempatan belajar, karena sulitnya akses kualitas dalam pendidikan.

Di akhir paparannya, Janiscus memberikan rekomendasi dalam penelitiannya, yaitu perlunya penguatan sinkronisasi kebijakan, program kewirausahaan dan pemberdayaan, serta inovasi kolaboratif lainnya untuk kebijakan AA berbasis merit di perguruan tinggi. Selain itu, diperlukan adanya pembahasan lebih lanjut mengenai implikasi teoritis dan kebijakan, serta kontribusi praktis terhadap penelitian lebih lanjut di masa depan.

Berbagai respon konstruktif menjadi nilai tambah dalam diskusi yang membahas mengenai kelebihan dan kekurangan dalam affirmative action untuk mahasiswa Indonesia. Prof. Eko Prasojo menutup diskusi BBD kali ini dengan memberikan masukan terhadap affirmative action, yaitu perlunya mencari talent mahasiswa Indonesia secara proaktif. Maksudnya adalah dengan mendatangi langsung para mahasiswa ke daerah dengan mengetahui kesulitan yang dihadapi untuk mendapatkan pendidikan layak atau mencari beasiswa. Contohnya adalah dalam hal kesulitan mahasiswa dalam mengakses pendidikan bahasa inggris atau mencari acceptance letter, maka pemerintah daerah harus memahami permasalahn tersebut dan bekerja sama dengan pemberi beasiswa untuk dapat memfasilitasi kesulitan tersebut. Prof Eko juga memberikan kata penutup bahwa penelitian ini perlu dikembangkan terus dan dapat menjadi policy option untuk kementerian dalam mengembangkan pendidikan berbasis merit system.