Meskipun banyak perbedaan antara Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), tetapi banyak juga persamaannya. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan Irham Dilmy, MBA Senior Advisor, Public Sector, Prospera, Aust-Indo Partnership for Economic Development saat menjadi narasumber dalam Kuliah Tamu Mata Kuliah MSDM Sektor Publik di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) pada Kamis (19/5/2022) siang.

Acara yang dihadiri lebih dari 80 orang ini dimulai dengan pembukaan oleh Dr. Lina Miftahul Jannah, S.Sos, M.Si dengan menyampaikan bahwa kuliah tamu kali ini akan membahas mengenai perbedaan MSDM Publik dan Privat yang akan disampaikan oleh sosok yang sudah berpengalaman dalam sektor publik dan privat baik dalam skala nasional maupun internasional.

“Fokus sektor publik adalah melayani masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam, pajak, bea & cukai, dan lainnya. Sedangkan sektor swasta berfokus pada mencari keuntungan dengan memanfaatkan sumber keuangan saham, pinjaman, hasil usaha, dan lainnya” jelasnya.

Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa organisasi atau sosok yang berperan dalam sektor publik adalah TNI, Polri, dan ASN. Sedangkan di swasta adalah industri barang dan jasa.

Irham menjelaskan bahwa setiap kebijakan di MSDM baik publik maupun privat harus memiliki prinsip 4C yakni competency, commitment, congruence, dan cost effectiveness

Meskipun terdapat perbedaan, baik MSDM publik maupun privat memiliki tantangan yang cukup besar. Gejolak yang terdiri Disruption-Volatility (mudah berubah), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleksitas), Ambiguity (ambiguitas) -Diversity (keberagaman) selalu terjadi pada sektor privat dan publik. Dimana fokus masalah itu dapat diatasi dengan adanya organisasi yang akan fleksibel, pekerja masa depan, serta model pemimpin masa depan yang kompeten.

“Ada 7 prinsip pekerja masa depan yaitu lingkungan kerja yang fleksibel, dapat menyesuaikan pekerjaan sendiri, berbagi informasi, menggunakan cara untuk berkomunikasi dan berkolaborasi, dapat menjadi pemimpin, berubah dari knowledge worker menjadi learning worker, serta belajar dan mengajar dalam waktu yang sama,” jelasnya.

Untuk menjadi seorang pekerja di masa depan, perlu ditanamkan mindset untuk dapat berkembang sesuai tujuan organisasi dan mau berkembang serta berbagi informasi.

Lebih lanjut, Irham menerangkan bahwa terdapat untuk menjadi seorang pemimpin di masa depan, dibutuhkan tiga hal yakni pemikiran, kepercayaan, dan aksi.

“Untuk pemimpin masa depan harus punya kemampuan ambidexterity yakni kemampuan untuk menggunakan kondisi terkini dengan mengoptimalkan model bisnis terbaru sambil mengeksplor kesempatan untuk mengkaji ulang model bisnis dengan menggunakan risiko perintis,” jelasnya.

Selain itu, terdapat hal yang menjadi tantangan bagi para pemimpin masa depan yakni futurize dah humanize.

Futurize merupakan langkah membawa organisasi untuk maju di ke masa depan yakni dengan langkah berpikir secara short-term dan long-term, adaptasi dengan teknologi, mengikuti kecepatan perubahan, serta berpindah atau menjauh dari status quo.

“Untuk yang humanize merupakan langkah untuk memanusiakan manusia yang terdiri dari bagaimana memimpin tim yang akan sangat beragam, reskill dan upskill, menarik dan mengembangkan bakat, fokus untuk berbuat baik, dan membuat organisasi menjadi manusia,” terangnya.

Usai penyampaian materi oleh Irham, kemudian acara berlanjut dengan sesi diskusi. Peserta yang hadir terlihat antusias yang dibuktikan dengan banyaknya peserta yang bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh Irham.

Salah satunya adalah Amanda yang bertanya mengenai teknologi di era globalisasi yang semakin canggih yang terkait dengan tantangan MSDM dewasa ini.

“Bapak Irham, apa hal yang tidak dapat digantikan dari teknologi dan masih akan tetap eksis dari sisi manusia? Apakah hal ini juga berkaitan dengan MSDM?” tanyanya.

Irham langsung menjawab dengan memberikan argumen bahwa robot tidak akan pernah mengalahkan manusia.

“Robot itu hanya menerima perintah dari manusia sehingga manusia tidak dapat dikalahkan oleh robot. Jadi, kita tidak bersaing dengan teknologi. Kata kreatif dan inovatif adalah kunci untuk mengembangkan diri agar kinerja kita, SDM kita tetap berguna di masa sekarang ini,” jawabnya dengan lugas.