Terima Penghargaan The Braibant Award 2019, Eko Prasojo Tekankan Pentingnya Reformasi Administrasi Publik
Dekan FIA UI Eko Prasojo menerima penghargaan The Braibant Award 2019 dan tercatat sebagai orang ketiga di Asia yang memperoleh penghargaan serupa, setelah Akira Nakamura (2010) dan Pan Suk Kim (2016).
Sebagai salah satu syarat kepada penerima Braibant Award harus memberikan Braibant Lecture. Braibant Award merupakan penghargaan paling bergengsi yang diberikan oleh International Institute of Administrative Science (IIAS) bagi individu yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan ilmu administrasi di kancah nasional dan global, reformasi praktek governansi publik dan pengembangan profesi administrasi publik.
Nama The Braibant Lecture diambil dari Guy Braibant, mantan presiden IIAS dan tokoh penting dalam perkembangan Ilmu Administrasi Publik.
Dalam paparannya di Kongres IIAS 2019 di Singapura, Eko Prasojo menekankan pentingnya menentukan arah kebijakan yang tepat untuk perkembangan tata kelola di Asia maupun global melalui reformasi administrasi publik.
“Harus kemanakah kita pergi setelah ini? yaitu bagaimana kita menyeimbangkan demokrasi dengan meritokrasi, mencari titik tengah antara administrasi publik Barat dengan non-Barat untuk mencapai demokrasi yang berorientasi kepada hasil, serta membangun administrasi yang bersifat trans-nasional,” ujarnya.
Menurutnya, reformasi administrasi publik berperan penting, stratejik, dan bahkan merupakan prasyarat dalam memperkuat kualitas demokrasi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Dirinya menambahkan, administrasi publik merupakan enabling factor dalam pembangunan bangsa dan negara.
“Kita harus mengambil sisi positif dari Western dan Asian Values untuk menghadapi tantangan governansi global di era yang serba 4.0 ini,” jelasnya.
Penghargaan diserahkan langsung oleh Prof. Dr. Geert Bouckaert, Presiden IIAS, dalam sebuah kongres bertemakan “Effective, Accountable, and Inclusive Governance” yang diselenggarakan di Nanyang Technological University (NTU) Singapura di hadapan lebih dari 400 akademisi serta praktisi mancanegara.
Kongres ini diselenggarakan setiap tahun untuk menelaah berbagai tantangan dan peluang dalam pengelolaan pemerintahan di berbagai belahan dunia. Selain itu, kongres ini merupakan wadah pertukaran ide untuk mengombinasikan dinamisme ekonomi dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, baik negara maju maupun berkembang.