Unit Riset, Inovasi, dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) kembali menggelar webinar “Don’t Give Up on Your Publication Process” pada Jumat (18/2/2022) pukul 14.00 hingga 16.00 WIB.

Webinar dimulai dengan sambutan dari Wakil Dekan bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FIA UI Dr. Fibria Indriati, M.Si atau sering disapa Mba Indri . Mba Indri mengatakan bahwa webinar kali ini merupakan sebuah upaya untuk membantu mahasiswa dan dosen untuk mengetahui bagaimana cara mensubmit dan memfollow up artikel dari tahap review hingga dapat dipublikasi. “Kali ini kita akan mendapat pelajaran menulis jurnal Q1 dari Pak Teguh,” ungkap Mba Indri.

Webinar ini dimoderatori oleh Dra. Maria Eurelia, M. S. Ak. FIA UI menggandeng Dr. Teguh Kurniawan, M.Sc untuk mengangkat topik webinar penulisan jurnal untuk tujuan publikasi kali ini.

Teguh memulai materinya dengan menekankan perlunya motivasi yang kuat untuk dapat menulis sebuah artikel untuk publikasi di Q1 dan Q2. Beliau menjelaskan bahwa pada webinar ini, ia akan menekankan kepada hal praktis yang mengacu pada pengalamannya dalam menulis dan mensubmit jurnal. “Menulis jurnal lalu di reject itu biasa. Jangan putus asa! Coba perbaiki dan coba submit lagi di jurnal lain,” ungkapnya memotivasi para peserta webinar.

Lebih lanjut, Teguh menjelaskan mengenai arti penting penulisan jurnal bagi beberapa pihak. Untuk perguruan tinggi atau universitas, jurnal menjadi penunjang kinerja dan reputasi perguruan tinggi yang akan menentukan peringkat universitas di dunia. Sementara untuk dosen, jurnal akan berfungsi sebagai syarat untuk memperoleh karir akademik yang baik. “Untuk mahasiswa untuk dapat nilai publikasi ilmiah sebagai syarat kelulusan,” pungkasnya.

Diketahui, Teguh menjelaskan mengenai cara untuk mencari dan menyesuaikan artikel yang akan di submit dengan menunjukkan demo melalui zoom meeting. Ia menekankan bahwa pemilihan jurnal adalah hal yang sangat vital. Ia menjelaskan penting untuk mengetahui bahwa apakah artikel yang telah ditulis dapat di publish di jurnal yang dituju atau tidak. “Waspadalah dalam memilih jurnal. Jangan sampai tulisannya udah bagus, nanti submitnya di jurnal yang salah. Selain itu, sekarang banyak sekali penjahat akademis”

Teguh juga mengutip pernyataan Wendy Laura Belcher yang menyatakan bahwa menyiapkan submisi artikel ke jurnal membutuhkan waktu sekitar 12 minggu. Waktu yang terbilang lama, namun harus tetap dilakukan. “Poinnya adalah jangan menyerah, kalau dikasih tugas harus diselesaikan dengan baik. Lebih baik tenggelam daripada pulang ke daratan’” tegas Teguh.

Beliau membeberkan beberapa alasan yang membuat sebuah artikel ditolak oleh jurnal. Di antaranya adalah tidak fokus pada topik penelitian, masalah teknis jurnal, terlalu defensif, metodenya bermasalah, masalah bahasa, argumentasi yang tidak jelas, dan banyak alasan lainnya.

Untuk menghindari hal tersebut ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yakni dengan mengikuti ketentuan penulisan dari jurnal. Selain itu, perlu dilakukan proofread profesional untuk mengatasi kendala bahasa. Bahkan beliau mengatakan bahwa ia beberapa kali menggunakan jasa proofreader yang pada umumnya memakan biaya yang cukup besar. “Harus semangat dalam proses revisi, pertegas perbaikan sesuai permintaan reviewer, sabar dan jangan putus asa,” ujarnya.

Proses seminar berlangsung dengan interaktif dimana beberapa peserta webinar mengajukan pertanyaan kepada Pak Teguh. Salah satunya adalah Ixora Lundia Suwaryono, S.Sos. “Kalau pengalaman Mas Teguh untuk proofreadernya dari Indonesia apa dari luar?” tanyanya.

Teguh pun menjawabnya dengan mantap bahwa beliau menggunakan proofreader dari luar negeri, namun tetap disesuaikan dengan permintaan jurnal yang bersangkutan.

Webinar ini dihadiri oleh 80 peserta dari mahasiswa S2, mahasiswa S3, serta dosen yang ingin mengetahui bagaimana cara mensubmit artikel ke jurnal hingga dapat dipublikasi.