Depok, 16 Januari 2025 – Berbagai dimensi ketimpangan gender yang mencakup aspek politik, ekonomi, serta budaya dan social terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat. Amerika Serikat dikenal sebagai salah satu negara maju, tantangan kesetaraan gender tetap menjadi isu yang mendesak.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kelda Roys selaku Senator Negara Bagian Wisconsin dari Amerika Serikat pada acara Sharing Session Kamis, 16 Januari 2025 di Ruang Smartclass Gedung M Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) dan melalui platform Zoom. Acara ini mengangkat topik “Gender Perspective in the Policy Making Process”.
“Dari sisi politik, representasi perempuan di tingkat federal dan negara bagian masih jauh dari memadai. Misalnya, tidak ada Presiden perempuan hingga saat ini, hanya 25% Senator dan 28% Anggota DPR yang merupakan perempuan, serta hanya 24% gubernur perempuan di tingkat negara bagian,” ungkap Roy.
Roys mengungkapkan bahwa dari sisi ekonomi, perempuan Amerika hanya menghasilkan 82 sen untuk setiap dolar yang diperoleh laki-laki, dengan kesenjangan yang lebih besar dialami oleh perempuan kulit berwarna.
Lebih jauh, Senator Roys menyoroti isu-isu budaya yang mendalam seperti kekerasan seksual, pelecehan, dan objektifikasi terhadap perempuan, serta angka kematian ibu yang tertinggi di antara negara maju.
“Perpecahan politik dan keagamaan turut memperburuk upaya mencapai kesetaraan gender di negara tersebut,” ungkapnya.
Senator Roys turut menjelaskan hambatan dan peluang kebijakan untuk kesetaraan gender, salah satunya adalah kurangnya akses terhadap layanan kesehatan reproduksi seperti aborsi, kontrasepsi, dan pendidikan seks komprehensif. Selain itu, kurangnya infrastruktur pengasuhan dan ketidaksetaraan dalam cuti orang tua berbayar memperburuk situasi bagi perempuan pekerja.
“Terdapat beberapa usulan kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu pemulihan pendanaan untuk Undang-Undang Kekerasan Terhadap Perempuan, penerapan cuti keluarga berbayar yang setara untuk kedua orang tua, penyediaan layanan penitipan anak publik dan peningkatan akses ke perawatan Kesehatan, dan penegakan kesetaraan upah dan reformasi keuangan kampanye untuk menciptakan medan politik yang lebih adil,” ungkapnya.
Diskusi berlangsung interaktif dengan banyak pertanyaan dari peserta yang menunjukkan minat mendalam terhadap isu kesetaraan gender dan bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam konteks kebijakan di Indonesia. Senator Roys mengapresiasi antusiasme peserta dan menyatakan harapannya agar sesi ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk berkontribusi pada perubahan positif.
Acara diakhiri dengan penyerahan tanda penghargaan dari FIA UI kepada Senator Roys yang disampaikan oleh Prof. Dr. Teguh Kurniawan. Para peserta kemudian berfoto bersama untuk mengabadikan kegiatan tersebut.