Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia menyelenggarakan 4th International Conference on Administrative Science, Policy, and Governance Studies (ICAS-PGS) and the 5th International Conference on Business Administration and Policy (ICBAP) 2024 pada Rabu, 24 Juli 2024 dan Kamis, 25 Juli 2025 di Ruang Auditorium EDISI Gedung M Lantai 4 FIA UI Depok.
Konferensi ini menjadi platform penting untuk mempertimbangkan peran inovasi dalam kebijakan organisasi, yang meliputi pengembangan ide, strategi, dan kerangka kerja baru untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan adaptabilitas organisasi. Dalam menghadapi tantangan kompleksitas lingkungan modern, baik di sektor publik maupun swasta, kebijakan inovatif menjadi krusial untuk mencapai tujuan strategis dan menjaga ketahanan organisasi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Fibria Indriati, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FIA UI dalam menyambut konferensi ini yang mengusung tema “Kebijakan Organisasi dan Inovasi: Membangun Ketangguhan dalam Menghadapi Disrupsi Ganda dan Era Digital,” yang menyoroti pentingnya kebijakan yang adaptif dalam menghadapi tantangan kontemporer. “Saat kita berkumpul untuk mendiskusikan dampak kemajuan teknologi dan disrupsi global, kami menekankan perlunya kebijakan yang tangguh untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan stabilitas sosial,” kata Dr. Fibria.
Dr. Maria, R.U.D. Tambunan, S.I.A., M.E. selaku ketua pelaksana ICAS-PGS dan ICBAP 2024, menyebut bahwa kegiatan ini dihadiri dari berbagai macam latar belakang, mulai dari akademisi, politisi, mahasiswa, pembuat kebijakan, swasta, dan lainnya yang diundang untuk turut berpartisipasi dan juga menyajikan temuan penelitian, perkembangan, dan solusi praktis terbaru mereka yang terkait dengan berbagai aspek tantangan administrasi di sektor publik maupun swasta.
Dalam konferensi ini, Prof. Ayano Hirose Nishihara selaku Dekan dan Associate Professor College of Business Rikkyo University Japan menjadi pembicara yang menyampaikan materi bertajuk “Innovation in Organization and knowledge Management in Japan”. Prof. Ayano membahas pentingnya adaptabilitas di era yang penuh dengan AI, di mana kolaborasi antara kecerdasan buatan (AI) dan sumber daya manusia (SDM) sangat diperlukan.
Ia menggarisbawahi bahwa untuk memprediksi masa depan dengan baik, kita perlu aktif menciptakannya dengan mengisi kesenjangan antara saat ini dan masa depan, yang akan membentuk masa depan yang tergantung pada cara kita berpikir dan bertindak.
“Terdapat 3 tahap inovasi: dari “zero to 1” yang berpusat pada manusia, di mana gagasan baru mulai muncul dan kreativitas diperlukan, hingga tahap “9 to 10” yang kembali berpusat pada manusia untuk memenuhi kebutuhan sensorik dan estetika yang lebih tinggi. Di antara tahapan ini, ada tahap “1 to 9” yang berpusat pada mesin, di mana pengembangan kecerdasan manusia dan pemanfaatan AI serta teknologi digital lainnya menjadi kunci,” katanya.
Usai pemaparan dari Prof. Ayano, acara dilanjutkan dengan Plenary Session oleh Andrew A Wiranata selaku Chief Strategy Officer PT Blue Bird Tbk yang menyampaikan paparan berjudul “Innovation in PT Bluebird”. Andrew menyebutkan bahwa PT. Bluebird menganggap adopsi teknologi sebagai faktor vital dalam mendukung inovasi perusahaan. Meskipun berusaha untuk mempercepat layanan dan teknologi, serta membedakan diri melalui inovasi ini, Bluebird mengakui bahwa mereka tidak terhindar dari gangguan.
“Pandemi telah meningkatkan penggunaan kanal digital hingga +30%, namun layanan panggilan langsung tetap menjadi pilihan utama pelanggan. Kehadiran Bluebird di titik-titik sentuhan pelanggan menjadi faktor kunci mengapa panggilan langsung tetap disukai,” katanya.
Ia juga menyebut bahwa perubahan regulasi dan pengembangan infrastruktur menjadi kebijakan transformasional, termasuk dalam regulasi lalu lintas dan konektivitas, serta perlunya pendekatan baru untuk menutup kesenjangan di pasar first mile dan last mile.
“Setelah menghadapi gangguan, Bluebird meningkatkan perjalanan transformasi digitalnya dengan memperkuat nilai-nilai perusahaan, mengadopsi inisiatif keberlanjutan seperti panel surya dan Bluebird Academy, serta memperkuat nilai ANDAL untuk menjadi lebih relevan dengan konsumen. Bluebird memanfaatkan kekuatan intinya dalam layanan mobilitas dengan dukungan teknologi untuk menciptakan sistem transportasi yang aman, nyaman, efisien, berkelanjutan, dan ramah pengguna, yang meningkatkan kehidupan dan fungsionalitas kawasan perkotaan,” ungkapnya.
Andrew menggarisbawahi bahwa melalui strategi 3M (Multi-Channel, Multi-Payment, Multi-Product), Bluebird terus mengembangkan perjalanan transformasinya menuju MaaS (Mobility as a Service), dengan teknologi sebagai pilar utama seperti intelijen lokasi, aplikasi mobilitas, analitika big data, teknologi AI, dan keamanan data.
Sebagai informasi, kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 150 peserta yang hadir dari berbagai negara seperti Indonesia, Filipina, dan lainnya.