Kewirausahaan sosial merupakan suatu proses yang dilakukan wirausahawan untuk menciptakan sesuatu yang tidak terjadi secara spontan, tetapi dibangun melalui pencarian dan analisis peluang di lingkungan dengan kondisi yang berbeda dan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Pernyataan di atas merupakan pengertian kewirausahaan sosial yang disampaikan oleh Prof. Dr. Amy Yayuk Sri Rahayu, M.Si atau kerap disapa Prof. Amy dalam Kuliah Umum MPKT Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) dengan topik Pentingnya Mengembangkan Keterampilan Kewirausahaan Sosial dalam Membangun Kepedulian Sosial pada Rabu (8/6/2022) pagi.

Acara dimulai dengan penyampaian kata pengantar oleh Wulandari Kartika Sari, S.Sos, MA sebagai Koordinator Mata Kuliah MPKT dengan menyampaikan bahwa kuliah umum kali ini merupakan bentuk dukungan dari guru besar FIA UI dan fakultas untuk memfasilitasi mahasiswa untuk meraih capaian mata kuliah MPKT, dimana keterampilan kewirausahaan sosial menjadi salah satu aspek penilaiannya.

“Perkembangan zaman menuntut mahasiswa UI sebagai cendekiawan untuk mengasah kemampuan untuk adaptasi dan berkontribusi untuk menyelesaikan masalah di lingkungannya dengan ilmu administrasi yang dimiliki dan salah satunya adalah dengan inovasi kewirausahaan,” ungkap Wulandari.

Selanjutnya, Wahyu Mahendra, M.Egov sebagai moderator menerangkan seputar riwayat hidup Prof. Amy. Kemudian, Prof. Amy pun memulai menyampaikan materi pembelajaran MPKT dengan menjelaskan definisi kewirausahaan sosial

“Setidaknya ada 4 aspek utama dalam entrepreneurship yakni calon entrepreneur, kebutuhan akan kepuasan, adanya konteks dan sumber yang mendukung, hasil berupa jasa, produk, maupun dampak,” jelasnya.

Prof Amy menjelaskan secara mendasar, entrepreneurship tidak selalu berhubungan dengan perspektif ekonomi atau kepuasan pasar, melainkan berfokus pada perubahan dan bagaimana kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi dengan cara-cara inovatif.

“Social entrepreneurship sebenarnya merupakan fenomena yang tidak baru akan tetapi konsepnya sudah dipakai beberapa dekade dalam sektor publik, sosial, dan ekonomi internasional, pemerintahan, perusahaan, dan lainnya,” sambu Prof. Amy.

Kemudian, acara berlanjut dengan presentasi ide Kewirausahaan Sosial oleh beberapa kelompok dari berbagai kelas MPKT dimulai dengan kelas F yang mempresentasikan ide yakni LifeStrawGo yakni inovasi botol minum pengubah air kotor menjadi air siap minum dimana seluruh anggota kelompok memaparkan latar belakang, tujuan, hingga rincian anggaran untuk merealisasikan ide tersebut.

Setelah itu, presentasi dilanjutkan oleh kelompok dari kelas F lainnya yang mengusung ide mengenai pertanian yakni Rangkul Tani yang merupakan start-up yang bergerak di bidang jasa yang berorientasi kepada petani untuk membantu petani menjual produksinya.

“Kalau ini ide yang original, sungguh baik, ya idenya. Namun kalau bukan original, kalian harus meminta izin kepada sang pencetus ide untuk mengimplementasikan ide proposal kalian, karena kalian membuat suatu perubahan terhadap produk tersebut,” saran Prof. Amy.

Usai presentasi kelas F, presentasi dilanjutkan oleh kelas B yang mengusung ide mengenai kesehatan mental dengan ide menciptakan aplikasi LovingMe: Cara Baru mencintai Dirimu yang bertujuan untuk menyediakan wadah bagi masyarakat untuk berkonsultasi mengenai kesehatan mental.

Kemudian, kelompok lainnya dari kelas B juga mempresentasikan ide kewirausahaan sosial dengan tema yang sama yakni kesehatan mental dengan meluncurkan aplikasi PeduliinAku yang bertujuan untuk membantu menyediakan platform kesehatan mental.

“Kedua ide ini, sosial entrepreneurshipnya sangat terlihat yakni dengan membantu kesehatan masyarakat. Namun, perlu diperhatikan lagi manajemen risikonya karena modalnya cukup tinggi sebab harus menggunakan aplikasi, terlebih nanti jika aplikasi ini tidak dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu, perlu juga diperhatikan penggunaan nama aplikasi dari segi etik, jangan sampai mengarah ke bayangan negatif orang,” pungkas Prof. Amy.

Terakhir, presentasi ditutup oleh kelas D yang mengangkat ide yakni Rendang Frozen Food dalam rangka memperkenalkan budaya tradisional dengan prinsip entrepreneurship. Prof Amy menilai ide tersebut merupakan ide yang baik.

“Perlu diperhatikan penggunaan nama, ya. Pastikan namanya khas dan mencirikan produk yang dijual. Kemudian, persaingan produk makanan di pasar tinggi, jadi cobalah untuk melakukan riset terlebih dahulu dengan menyesuaikan dengan selera target pasar,” ujar Prof. Amy.

Acara pun kemudian ditutup oleh Wahyu Mahendra. Sebagai informasi, kuliah umum ini dihadiri oleh dosen pengampu kelas MPKT yakni Wulandari Kartika Sari, S.Sos, MA; Wahyu Mahendra, M.Egov; Debie Puspasari, MPA.; Dr. Muh Azis Muslim, M.Si; Drs. Rainingsih Hardjo, MA; Satrio Budi Adi, SE, M.Si; Mohamad Luhur Hambali, M.Si.