Implementasi Internet of Things (IoT) dalam rantai pasok (SC) menjadi kunci dalam mendorong integrasi proses rantai pasok (SCPI) perusahaan industri ritel yang akan berimplikasi pada pembangunan kapabilitas rantai pasok (SCC) yang selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam hal ini IoT merupakan faktor pendorong (enabler) peningkatan keunggulan kompetitif bisnis ritel. Hal ini diungkapkan oleh Yana Ernawan.

“Implementasi IoT akan meningkatkan kinerja perusahaan ritel melalui peningkatan kapabilitas rantai pasoknya dalam memenuhi permintaan dan pengalaman pelanggan akan produk dan layanan yang lebih inovatif. Di era industri 4.0, industri ritel memang telah memasuki ekosistem bisnis yang berubah sama sekali dibandingkan masa-masa sebelumnya. TIK di era digital memiliki implikasi besar pada rantai nilai industri ritel karena dapat mengubah cara produk dirancang, dibuat, dan dikirim ke pelanggan,” kata Yana.

Yana Ernawan menyampaikan hal tersebut dalam sidang promosi Doktor dalam bidang Ilmu Administrasi, Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Administrasi-Universitas Indonesia, Kamis 29 Desember 2022 yang telah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: “Pengaruh Kapabilitas Internet Of Things (IoT) dalam Integrasi Proses dan Kapabilitas Rantai Pasok Terhadap Kinerja Perusahaan Ritel”.

Lebih lanjut, Yana menjelaskan bahwa Industri ritel, berperan penting dalam perekonomian masyarakat. Tidak ada perekonomian di dunia ini yang dapat bergerak tanpa aktivitas ritel. Namun akibat pandemi virus corona yang mulai dilaporkan sejak akhir 2019 di China, pertumbuhan industri ritel global melambat dan anjlok hingga minus 2,8% pada tahun 2020. Hal ini akibat dari keengganan konsumen berbelanja lebih banyak di tengah pandemi dan ketidakpastian ekonomi. Namun pada tahun 2021 dilaporkan bahwa kinerja perusahaan industri ritel global kembali mengalami peningkatan 12,1 % ,walaupun pertumbuhan tersebut diperkirakan akan melambat kembali hingga 3,4% pada tahun 2026. Fenomena global tersebut berimbas ke Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja sektor grosir dan eceran menurun drastis hingga minus 8,32 point pada 2020 dibandingkan 2019.

Novelty penelitian atau state of the arts (SOTA) dari penelitian promovendus Yana adalah merekonstruksi hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh De vass et all (2018) dan Huo (2012) dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen and Landry ( 2009:32) yaitu dengan memasukan variabel integrasi proses rantai pasok (Supply Chain Integration Process) ke dalam kerangka berpikir penelitian, dimana hal ini belum ada peneliti yang melakukan sebelumnya.

“Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa berkaitan dengan aspek hubungan antara variabel kapabilitas IoT terhadap kinerja rantai pasok (SC), temuan penelitian menunjukkan bahwa implementasi IoT berpengaruh signifikan pada rantai pasok (SC) internal perusahaan, sedangkan implementasi IoT pada rantai pasok (SC) pemasok dan pelanggan tidak berpengaruh. Hasil penelitian kedua, menunjukkan bahwa pada perusahaan ritel, variabel kapabilitas IoT pada proses integrasi rantai pasok (SCPI); hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi IoT dalam rantai pasok (SC) Internal perusahaan berpengaruh terhadap integrasi proses rantai pasok (SCPI) Internal perusahaan,” kata Yana menambahkan.

Hasil Penelitian ketiga, menunjukkan bahwa integrasi proses rantai pasok Internal perusahaan berpengaruh terhadap integrasi proses rantai pasok Pemasok tetapi tidak berpengaruh terhadap integrasi proses rantai pasok Pelanggan dan Integrasi Proses Rantai Pasok (SCPI) Internal perusahaan berpengaruh terhadap Kapabilitas Rantai Pasok (SCC) Internal perusahaan. Kondisi ini ternyata tidak terjadi pada Integrasi Proses Rantai Pasok eksternal. Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terbangunnya Kapabilitas Rantai Pasok (SCC) pada Internal perusahaan, berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan, baik terkait aspek operasional dan finansial.

Pada kesempatan ini, Yana Ernawan menyampaikan beberapa rekomendasi : pertama, implementasi IoT pada industri ritel di Indonesia secara signifikan mampu mendorong integrasi proses rantai pasok (SCPI) internal perusahaan, yang selanjutnya mampu mendorong kapabilitas rantai pasok (SCC) Internal perusahaan, dan akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan (KP). Dari sisi aspek praktis, hal ini sangat bermanfaat karena dapat menciptakan peningkatan daya saing perusahaan industri ritel di Indonesia. Oleh karena itu direkomendasikan implementasi IoT merupakan pilihan yang perlu segera diterapkan pada perusahaan ritel di Indonesia.

Kedua ,kepada pengelola bisnis ritel khususnya yang berskala kecil dan menengah perlunya diberikan pemahaman dan kesadaran baru, akan pentingnya implementasi teknologi digital (IoT dan e-commerce) terhadap pengelolaan integrasi proses dan pengembangan kapabilitas rantai pasoknya sebagai pendorong daya saing perusahaan yang berkelanjutan. Ketiga, Perlunya dukungan dari regulator kepada para pelaku usaha ritel khususnya yang berskala kecil dan menengah, baik dalam bentuk kebijakan maupun pelatihan yang terkait dengan implementasi teknologi informasi dan komunikasi dalam hal ini pemanfaatan platform IoT, sehingga para pelaku usaha ritel kecil dan menengah ini akan dapat memperkuat kinerja bisnisnya dan dapat bersaing secara layak serta terlindungi dari ancaman disrupsi teknologi digital.

Dalam promosi doktor ini, Dr. Yana Ernawan berhasil menjadi Lulusan Program Doktor FIA UI ke-24 dan Lulusan ke-212 dari S3 Ilmu Administrasi dengan promotor Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si. M.M. dengan co.promotor yaitu Dr. Fibria Indriati Dwi Liestiawati, M.Si.