Kita kaya tapi miskin, kaya dalam sumber daya alam, tapi miskin dalam sumber daya. Kita merdeka tapi terjajah, merdeka secara politik dan dijajah secara ekonomi. Kita kuat tapi lemah, lemah menghadapi tantangan global.
Ketiga kalimat tersebut merupakan paradoks yang disadur oleh Wiwiek Joelijani dari Bacharuddin Jusuf Habibie. Paradoks tersebut muncul ketika produk dalam negeri yang harus bersaing dengan produk impor yang membuat produk dalam negeri tidak mampu menguasai pasar di tengah dunia yang telah berbasis teknologi.
Hal tersebut disampaikan oleh Wiwiek Joelijani dalam sidang promosi doktor Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) pada Senin, 12 Juli 2022 secara hybrid dengan judul disertasi “Disain Kapabilitas Dinamik untuk Bertahan dalam Lingkungan Paradoks Industri Kereta Api: Kasus PT INKA Indonesia.”
“Fenomena dynamic capability PT INKA menjadi fokus dalam penelitian ini di mana di dalam
lingkungan yang paradoks PT INKA berhasil bertahan (survive). Dalam penelitian ini saya mengangkat dua pertanyaan penelitian yakni bagaimana dinamika sistem pengembangan
dynamic capabilities PT INKA sehingga bertahan menghadapi lingkungan yang paradoks.” katanya.
Wiwiek menjelaskan bahwa untuk menjawab pertanyaan tersebut, ia menggunakan paradigma post positivisme dengan metode kualitatif untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu dynamic capabilities serta untuk menjelaskan hubungan antar variabel penyusun model dynamic capabilities PT INKA dengan menggunakan system dynamics,” jelasnya.
Kemudian, kata Wiwiek, pertanyaan kedua adalah bagaimana trajektori (path) dynamic capabilities PT INKA yang akan dijawab dengan menggunakan paradigma post positivis dengan metode kualitatif untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu trajectory (path) PT INKA.
“Temuan eksistensi PT INKA yang tumbuh dalam lingkungan yang paradoks, dihasilkan
melalui pengembangan dan pembaharuan dynamic capabilities yang melekat pada proses rutin (manajerial dan organisasional) hasil implementasi strategi perusahaan, sehingga mampu mendorong kapabilitas PT INKA dalam mengembangkan teknologi produk baru dan
memperluas pasarnya,” jelasnya.
Dalam penjelasannya, Wiwiek menemukan fakta bahwa ada delapan dynamic capabilities yang tujuh bersifat Reinforcing yaitu R1 (Sensing Capability), R2 (Talent Capability), R4 (Finance Capability), R5 (Technology Development Capability), R6 (Marketing Capability), R7 (Collaboration Capability), and R3 (Government Support atau dukungan Pemerintah). Kemudian, terdapat satu yang Balancing, yang memperlemah sistem INKA (B) yakni persaingan atau kompetisi di pasar (Market Competitiveness).
“Kapabilitas PT INKA berubah menjadi kapabilitas dinamis yang tersistem karena adanya kapabilitas pembelajaran (Learning Capability) organisasi yang melekat pada semua proses pengembangan dynamic capabilities, yaitu: 1) Kapabilitas pembelajaran pengelolaan proses produksi, 2) Kapabilitas pembelajaran pengelolaan Sumber Daya Manusia, dan 3) Kapabilitas pembelajaran pengembangan pasar.
Selain itu, Wiwiek juga mendapatkan temuan penelitian yakni terdapat kapabilitas talenta kepemimpinan yang menjadi enabler dari dynamic capabilities karena dengan kemampuan talenta kepemimpinan ini visi PT INKA terus dibawa dari generasi kepemimpinan pertama
hingga lanjut dalam kepemimpinan saat ini.
“Trajektori dynamic capabilities PT INKA dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode penguasaan teknologi produk (1981-2000), periode integrasi penguasaan pasar dan pengembangan teknologi produk (2000-2018), dan periode pengembangan aliansi strategis
teknologi produk (2019- ke depan),” ungkapnya.
Wiwiek mengatakan bahwa industri besar berbasis teknologi akan sulit tumbuh berkembang dengan pesat dalam kondisi paradoks, karena dengan kondisi bertahan, perusahaan tumbuh bertahan. Dinamika kapabilitas perusahaan dalam kondisi paradoks terindikasi sama dengan indikator perusahaan yang baru tumbuh.
“Hasil penelitian bisa diterapkan oleh perusahaan dengan lingkungan di Indonesia untuk melakukan pola dan alur trajectory yang sama yang telah terbukti menghasilkan kapabilitas untuk bertahan hidup di PT INKA. Sementara bagi pemerintah, pengalaman empiris pengembangan dan pembaharuan dynamic capabilities di PT INKA menunjukkan bahwa peran pemerintah sangat penting dan strategis. Hasil penelitian berkontribusi memperkaya pengembangan teori dynamic capabilities, khususnya di industri kereta api,” tutupnya.
Usai penyampaian presentasi, para penguji dan promotor memberikan pertanyaan dan masukan terkait disertasi Wiwiek. Dalam acara sidang promosi doktor ini, Wiwiek berhasil menjadi doktor dari Fakultas Ilmu Administrasi dalam bidang Ilmu Administrasi dengan yudisium sangat memuaskan.
Sebagai informasi, sidang promosi doktor Wiwiek ini diketuai oleh Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., MM dengan promotor yaitu Prof. Dr. Martani Huseini, co-promotor: Dr. Andreo Wahyudi Atmoko, M.Si serta anggota yang terdiri dari Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si; Prof. Dr. Amy Yayuk Sri Rahayu, M.Si ; Dr. Roy Valiant Salomo, M.Soc.Sc; M.Soc.Sc., Dr. Ir. Tjuk Sukardiman; dan Dr. I Made Suwandi