Dekan FIA UI Berbagi Pengalaman Sebagai Observer Pemilu Jerman 2017

Depok (22/12) – Ada hal menarik yang terjadi pada pemilihan umum (Pemilu) di Jerman pada tahun 2017 Oktober lalu. Pasalnya, partai besar sekaligus penguasa di Jerman yaitu Social Democratic Party (SDP) dan Christian Democratic Union of Germany (CDU) “dipukul” oleh partai kecil ekstrem kanan Alternative for Germany (biasa disebut AfD) dengan menduduki tiga besar pemilihan suara di Jerman.

Hal ini disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) Prof. Eko Prasojo, Mag.rer.publ, dalam Program “DAAD Science Talks” yang digelar di kampus UI Depok, Selasa (19/12/2017).

“Kemenangan AfD ini cukup menjadi ‘pukulan’ bagi partai besar seperti SPD dan CDU. Fenomena beralihnya suara di Jerman ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi dimana Jerman membuka pintu bagi pengungsi dengan lebar membuat sebagian masyarakat kecewa,” ujar pria yang akrab disapa Prof. Eko.

Dalam paparannya, Prof. Eko menceritakan suatu kejadian menarik di salah satu dari enam kota yang ia sambangi.

“Tepatnya ketika di Negara Bagian Baden-Württemberg, saya diberikan kesempatan secara langsung untuk melihat penghitungan suara di daerah tersebut. Ketika AfD dinyatakan menang, saya melihat para orang tua seperti kakek-kakek dan nenek-nenek menangis. Kenapa? Karena mereka khawatir terhadap masa depan Jerman bila dipimpin oleh partai ekstrem kanan. Generasi mereka memang yang cukup dekat merasakan bagaimana sebuah negara dipimpin oleh tokoh ekstrem kanan,” terang Prof. Eko.

Menurutnya, kekecewaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah Jerman saat ini mencakup kekecewaan terhadap kebijakan terbuka lebarnya pintu bagi para pengungsi, kondisi ekonomi serta sepak terjang Jerman di kancah regional Eropa.

“Namun, kondisi ini menurut pengamatan saya tidak akan menjadi trend yang bertahan lama bila pemerintah mampu merespon secara positif terhadap kekecewaan tersebut,” jelasnya.

Hal menarik lainnya, bila dibandingkan dengan pemilu sebelumnya empat tahun lalu, adalah tingkat partisipasi pemilu 2017 yang relatif lebih tinggi serta kehadiran berbagai isu-isu yang bersifat global.

“Tahun ini mencapai sekitar 76,5 persen peserta pemilu. Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Sementara isu yang hangat dibahas pada masa kampanye beralih, bukan lagi isu internal Jerman melainkan isu global, seperti politik di Eropa, hubungan dengan Amerika, serta peranan Turki di Uni Eropa,” ungkapnya.

Sebagai penutup, ia mengapresiasi proses pemilu Jerman yang bebas dari politik uang. Selain itu, para petinggi partai politik besar yang banyak kehilangan suara pendukung, mampu menunjukkan kedewasaan politik yang matang dan dapat menerima kekalahan dengan lapang dada.

Diketahui, pada bulan September yang lalu, Prof. Eko terpilih menjadi salah satu dari 18 pakar internasional dari 16 negara yang diminta secara resmi oleh DAAD Pusat di Jerman untuk menjadi bagian dari program pengamat pemilu Jerman (Wahlbeobachterreise) 2017.

Para pengamat tersebut diberikan kesempatan untuk melakukan perjalanan 10 hari ke enam kota besar di Jerman (Bonn, Cologne, Frankfurt, Halle, Leipzig dan Berlin) dan berinteraksi langsung para petinggi partai, suporter dan masyarakat dalam gempita pemilu Jerman 2017. (DS)