Depok, 7 Oktober – Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) melalui Research Cluster Policy, Governance, and Administrative Reform (PGAR) serta Decentralization, Local Governance, and Development (DeLOGO) kembali melanjutkan rangkaian Brown Bag Discussion bertajuk “Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah”. Kegiatan ini merupakan rangkaian Mini Workshop keenam dari seri diskusi dibawah tema besar “25 Years of Decentralization in Indonesia: Impacts, Problems, and Prospects”, yang digelar secara hybrid pada Selasa, 7 Oktober 2025 di Smart Class Room FIA UI, Kampus Depok.
Diskusi ini dipandu oleh Dr. phil. Reza Fathurrahman, MPP, dosen FIA UI, dan menghadirkan narasumber lintas institusi: Prof. Dr. phil. Gabriel Lele (Guru Besar FISIPOL UGM), Dr. Ir. Setiawan Wangsaatmaja (Asesor SDM Aparatur Ahli Utama Pemprov Jabar), serta Zuliansyah Putra Zulkarnain (Direktur Eksekutif UI–CSGAR). Kegiatan ini dibuka dan di-host langsung oleh Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag.rer.publ. (Ketua Klaster PGAR FIA UI) dan Prof. Irfan R. Maksum (Ketua Klaster DeLOGO FIA UI).
Para narasumber sepakat bahwa salah satu tantangan utama reformasi birokrasi daerah setelah dua dekade desentralisasi adalah kesenjangan antara kompetensi dan kinerja ASN, yang berdampak pada kualitas pelayanan publik.
Menurut Prof. Gabriel, desain kelembagaan pemerintah daerah masih didominasi oleh logika efisiensi administratif dari pusat, sementara kebutuhan masyarakat lokal kerap terabaikan. “Desentralisasi di Indonesia belum sepenuhnya memberi ruang bagi daerah untuk berinovasi sesuai konteks sosial budaya masing-masing,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Setiawan Wangsaatmaja menyoroti pentingnya penerapan manajemen talenta ASN berbasis teknologi untuk memastikan penempatan pejabat yang sesuai dengan kompetensi dan kinerja. “Dengan people analytics, proses pengisian jabatan bisa lebih objektif dan mengurangi intervensi politik,” jelasnya. Ia juga mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menerapkan sistem ini dengan pendekatan meritokrasi yang kuat.
Dalam sesi yang sama, Zuliansyah Putra Zulkarnain menegaskan perlunya keseimbangan antara aktor dan struktur dalam pengembangan kapasitas SDM pemerintah daerah. Ia menilai bahwa sistem yang kaku sering kali membatasi ruang inovasi individu di birokrasi. “Perubahan tidak akan terjadi jika sistem tidak memberi ruang bagi aktor untuk bertindak. Struktur yang sehat harus mendorong inisiatif, bukan membelenggu,” katanya.
Diskusi juga menyoroti pentingnya pendekatan kultural dalam membangun mentalitas pelayanan publik. Prof. Gabriel mencontohkan penerapan nilai budaya lokal seperti Pancawaluya di Jawa Barat dan pendekatan budaya “melayani” di Yogyakarta yang terbukti efektif membangun integritas dan profesionalisme ASN.
“Pendekatan kultural dapat menjadi instrumen yang lebih kuat dibanding pendekatan struktural, karena menyentuh nilai-nilai dasar birokrasi dan etika pelayanan,” tambahnya.
Sebagai penutup, Prof. Eko Prasojo menekankan bahwa rangkaian Brown Bag Discussion ini menjadi wadah refleksi akademik dan kebijakan publik menuju 25 tahun desentralisasi Indonesia. “FIA UI berkomitmen memperkuat kontribusi riset dan dialog kebijakan publik agar desentralisasi tidak hanya menjadi proses administratif, tetapi juga transformasi kelembagaan dan SDM yang berkelanjutan,” ujarnya.
Hasil dari diskusi ini akan dituangkan dalam bentuk policy brief yang memuat rekomendasi kebijakan terkait desain kelembagaan adaptif, pengembangan manajemen talenta ASN berbasis teknologi, dan penerapan pendekatan kultural dalam reformasi birokrasi daerah. FIA UI melalui PGAR dan DeLOGO akan melanjutkan seri diskusi ini hingga puncak peringatan 25 Tahun Desentralisasi di Indonesia pada November 2025 mendatang.
Kegiatan ini sekaligus menegaskan peran FIA UI sebagai pusat keilmuan dan jejaring strategis yang mendorong lahirnya tata kelola pemerintahan daerah yang inovatif, inklusif, dan berdaya saing nasional.



