Bertempat di Desa Tamansari, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, puluhan mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia gaungkan pentingnya sanitasi berbasis masyarakat. Selama lima hari, mulai tanggal 5 hingga 9 Agustus 2024, melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat, mahasiswa yang tergabung dalam FUNDES (FIA untuk Desa) melakukan berbagai aksi yang berkonsep STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Di tengah-tengah masyarakat, para mahasiswa mengajarkan dan mengajak masyarakat praktik sanitasi bersih dan sehat, mengelola limbah, dan menjaga kebersihan lingkungan melalui enam rangkaian kegiatan.
Pertama, guna cegah banjir, mahasiswa ajak siswa-siswi SDN Tamansari 01 untuk membuat lubang resapan biopori. Biopori bermanfaat kurangi volume air permukaan, cegah erosi dan bantu menyimpan cadangan air tanah. Para siswa dikenalkan lubang biopori sejak dini. Mereka antusias saat biopori mulai diperkenalkan dan ditanam di halaman sekolah, dengan kedalaman 1-2 meter. Setelah lubang berdiameter 10-15 cm itu selesai dibuat, mereka semangat menutup lubang dengan tanah.
Kedua, program CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) juga jadi sasaran mahasiswa. Cuci tangan masih dianggap sebagai salah satu cara efektif guna cegah berbagai penyakit menular seperti diare, kolera, dan lain-lain. Bertempat di TPQ Nurul Yaqin, anak-anak diperkenalkan cuci tangan dengan baik dan benar. Tak lupa, gerakan yang seru diiringi lagu-lagu menyenangkan mengiringi kegiatan itu. Cara ini dipakai agar anak tidak bosan dan pesan yang disampaikan mudah dicerna. Fauzan Irsyad Hernawan selaku ketua pelaksana, mengungkapkan alasan cuci tangan jadi salah satu program prioritas yakni “anak-anak masuk ke kelompok rentan terkena infeksi penyakit. Itulah kenapa anak-anak menjadi target sosialisasi ini. Bayangkan, mereka setiap hari bermain bersama, berbagai makanan, menyentuh apa saja, dan lain sebagainyalah, dan itu riskan sekali”.
Pengelolaan air minum rumah tangga juga jadi program prioritas. Berbekal water test strip, mahasiswa cek kualitas air keran dan air minum rumah-rumah warga. Dengan celupkan alat tes ke sampel air, warga jadi tahu kondisi air minum mereka. Dari tes tersebut, didapatkan hasil tes air yang menunjukkan indikasi masih aman untuk dikonsumsi.
Popok balita yang dibuang sembarangan juga berefek buruk bagi lingkungan. Bahan popok yang bersumber dari bahan kimia seperti super absorbent polymer (SAP) dikenal sulit terurai. Terlebih, popok yang tercemar air berimbas ke penyakit diare, tifus, kolera, dan lain-lain. Sadar akan pentingnya masalah ini, mahasiswa juga mengedukasi ibu-ibu agar tidak sembarangan membuang popok balita. Para ibu juga diajak diskusi kelompok dengan mahasiswa dan para tokoh masyarakat, pemuda, serta petugas kesehatan.
Dua kegiatan terakhir dilakukan mahasiswa yaitu pembuatan ecobrick dan eco enzyme. Ecobrick dibuat dengan memanfaatkan botol plastik bekas yang diisi dengan sampah anorganik kering. Sampah yang dimasukkan ke botol selanjutnya dipadatkan hingga membentuk balok padat. Ecobrick bermanfaat untuk mengurangi volume sampah dan tingkatkan nilai daur ulang produk agar lebih bermanfaat. Selain itu, para ibu juga diajak praktik membuat eco enzyme dengan cara campurkan satu bagian gula merah atau gula aren dengan 10 bagian air dan tiga bagian limbah organik (misal kulit buah, sisa sayuran, dsb.). Setelah didiamkan sekitar tiga bulan, bahan-bahan tersebut akan terfermentasi dan eco enzyme dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair, pembersih lantai, dan pestisida alami.
Harti Widya, fasilitator Patriot Desa yang jadi kolaborator kegiatan FUNDES, ungkapkan rasa kebahagiaannya karena kegiatan berjalan baik. “Saya merasa senang dengan adanya kolaborasi ini karena dapat memperkuat kehidupan bermasyarakat. Saya berharap FUNDES terus ada untuk menumbuhkan jiwa sosial serta kepekaan terhadap isu-isu yang ada,” ujarnya. Harti juga mengungkapkan salah satu momen paling berkesan adalah saat tim FUNDES dan Patriot Desa berhasil menggerakkan ibu-ibu setempat untuk memanfaatkan sampah kulit buah menjadi eco enzyme, yang menurutnya dapat jadi inspirasi bagi warga lebih aktif dalam pemilahan sampah.
Di lain kesempatan, Lilis Nur Afifah, salah satu guru di Yayasan TPQ Nurul Yaqin, juga mengungkapkan rasa syukur nya atas ilmu yang dibagikan tim FUNDES ke anak-anak. “Semoga ini bisa memotivasi mereka untuk berpendidikan lebih tinggi lagi dan segera mengamalkan ilmu yang mereka dapatkan, terutama dalam menjaga kebersihan lingkungan,” ujar Lilis penuh haru.
Program FUNDES di Desa Tamansari, Bekasi, jadi contoh aplikasi tridharma perguruan tinggi dalam hal pengabdian masyarakat. Keterlibatan Patriot Desa, Pemerintah Desa, Puskesmas, dsb., tunjukkan bahwa permasalahan yang ada di masyarakat dapat diatasi dengan kolaborasi antar-aktor. Harapannya, masyarakat Desa Tamansari paham, terampil, serta sadar dalam wujudkan lingkungan yang sehat. Tidak sampai di sini, kurang lebih delapan mahasiswa FIA UI tersebut akan melakukan follow up di lain kesempatan guna pasti kan keberkelanjutan program.