Menggali Sisi Positif Pandemi dalam Percepatan Reformasi Sektor Publik menjadi topik yang diangkat dalam Rangkaian Virtual Talks Dies Natalies ke-7 FIA UI pada Selasa, 8 Maret 2022. Acara ini menghadirkan pembicara dari 3 negara diantaranya adalah Dr. Reginald G. Ugaddan dari University of the Philippines, Professor Mark Considine dari University of Melbourne, dan Profesor Martani Huseini dari Universitas Indonesia.

Prof Martini yang merupakan guru besar Guru Besar FIA UI, memulai materinya dengan mengutip pernyataan dari Clayton Christensen yakni “Sebagian besar perusahaan menganggap gangguan sebagai ancaman. Tetapi inovasi yang mengganggu memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa. Jika perusahaan lama dapat belajar bagaimana memanfaatkan kekuatan disrupsi, mereka juga dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menciptakan pertumbuhan bisnis baru.”

Prof Martini menjelaskan topik mengenai dampak pandemi terhadap percepatan inovasi sektor publik Indonesia dengan membahas mengenai disrupsi ganda dan peradaban “New Normal” yang terjadi di masa pandemi. Prof Martini berpendapatan bahwa masa pandemi menciptakan sebuah tekanan yang tak terhindarkan dari kondisi gangguan teknologi. Menurutnya, masalah ini adalah hal yang sangat menarik untuk dikembangkan dan diteliti di masa sekarang.

“Platform dan ekosistem digital baru, adaptasi teknologi baru industri 4.0, adaptasi dalam konotasi metaverse (big data, ai., ar, blockchain, dll), Platform & ekosistem digital baru, industri adopsi teknologi baru 4.0, adaptasi kondisi metaverse (big data, ai, ar, blockchain, dll). Layanan publik berbasis digital harus mengadopsi dan mengimplementasikan platform & ekosistem baru. Inovasi harus diciptakan untuk memperkuat fondasi e-gov dan kelincahan dalam memberikan pelayanan publik di Indonesia untuk lebih efisien, amanah, andal, dalam mendapatkan dukungan publik,” ungkapnya.

Prof Martini mengungkapkan pandemi yang bukan hanya terjadi di Indonesia ini mengkhawatirkannya. Pasalnya tidak ada yang mengetahui kapan pandemi ini akan berakhir walaupun banyak yang memprediksi waktu berakhirnya. Prof Martin berpendapat bahwa pandemi yang menyerang secara tiba-tiba ini menyiratkan inovasi gaya pemerintahan baru untuk menyeimbangkan kebijakan dan protokol kesehatan masyarakat untuk mengamankan sektor lain seperti sosial dan ekonomi harus dimitigasi dan dilindungi.

“Kolaborasi dan inovasi digital dunia dalam layanan publik merupakan hal yang penting untuk dibahas. Merangkul dan mengubah paradigma dalam tata kelola kolaboratif secara digital dalam mengelola & mengendalikan pandemi covid19 (orkestrasi tidak dilakukan dengan sangat baik) karena pengaruh dari berbagai hal,” ungkap Prof Matani.
Selain itu, kondisi persekolahan atau perkuliahan offline juga tidak dilakukan dengan optimal, komunikasi mengenai program vaksinasi belum efektif, distribusi layanan sosial selama pandemi belum sempurna, dan kolaborasi pemerintah dalam menghadapi kondisi disrupsi ganda masih tertinggal.

Prof Martani menyampaikan praktik terbaik di layanan kesehatan di Indonesia selama masa pandemi dilakukan secara digital. Di antaranya adalah telemedicine secara remote dengan menggunakan halodoc, halomedica, dan lainnya. Yang kedua adalah EHAC yang merupakan salah satu syarat untuk pergerakan setiap masyarakat Indonesia saat masa pandemi. Selanjutnya adalah penyebaran mengenai informasi kesehatan melalui sosial media dan simposium online serta telekonferensi. “Terakhir adalah database atau big data yang dapat mendeteksi lokasi dari masyarakat dan bagaimana pemerintah dapat mendistribusi obat dan hal yang berhubungan dengan peningkatan kesehatan di masa pandemi,” tambah Prof Martani.

Di akhir materinya, Prof Martini menyampaikan mengenai kemampuan dan pengalamannya dalam mengajar dan belajar. Kemampuan tersebut diantaranya adalah mengetahui bagaimana melakukan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi melalui webinar, Zooming, synchronous & asynchronous, Sistem pengajaran & Blended-learning. Kedua adalah mempersiapkan, memperbarui bahan ajar dengan menggunakan media digital sangat nyaman, serta berlatih menjadi penyedia konten adalah pengalaman yang cukup menantang.

“ Sebagai mata pelajaran saya untuk mengajar terkait pemasaran digital dan tata kelola inovatif, efisiensi dalam penelitian perpustakaan, praktik terbaik benchmarking dapat dilakukan secara efisien. Dalam praktik dunia nyata dalam pemasaran digital dapat didukung oleh media sosial, YouTube, aplikasi marketplace Credit earning activities (CEA), lintas disiplin, lintas kampus, lintas negara dapat dilaksanakan untuk memenuhi gelar lengkap,” ungkapnya.

Prof Martini mengungkapkan bahwa pandemi tidak hanya membawa dampak buruk, namun terdapat dampak baik yang dapat kita peroleh dari masa saat ini. Prof Martini berpendapat bahwa pandemi membawa percepatan inovasi sektor publik telemedicine, lebih mudah dalam melakukan tracking pandemi, tracing, treatment untuk database, big data dalam kaitannya dengan pendekatan kebijakan publik pemerintah yang baru, kemudahan dalam sinkronisasi data tunggal untuk paspor, KTP, SIM.

“Selain itu saat ini muncul kemudahan dalam pendistribusian sembako, sertifikasi, sistem penunjang pendidikan, memudahkan pemerintah daerah dalam mendukung pelayanan terpadu “PTSP” mandiri, Online Single Submission (OSS), menurunkan harga produk dan jasa konsumen karena penghapusan biaya distribusi esensial, dan lebih mudah untuk mengadakan pertemuan, seminar, dll – melintasi batas, melintasi Negara,” pungkasnya.

Tak hanya menyampaikan materi, Prof Martani menyampaikan sebuah pertanyaan kepada Mark mengenai perbedaan antara penanganan pandemi di Australia dengan di Indonesia. “Bagaimana masalah komunikasi dengan masyarakat suku yakni Suku Aborigin, apakah pihak anda menemui kesulitan? Karena di Indonesia, kami menemui berbagai masalah komunikasi di antara berbagai suku bangsa khususnya pada proses vaksinasi,” tanyanya.

Mark menjawab bahwa Australia mengalami masalah komunikasi karena adanya kondisi latar belakang berbeda dari berbagai masyarakat di penjuru negeri. Cara yang mereka ambil adalah untuk menggunakan key person dalam sebuah komunitas untuk berkomunikasi dan menyampaikan maksud dari pemerintah terhadap masyarakat. Selain itu, banyak juga yang mempertanyakan mengenai keamanan dan konspirasi yang mengiringi vaksinasi. Untuk menghadapi itu, pemerintah lebih meningkatkan komunikasi dari sisi bahasa serta orang penting dalam sebuah komunitas yang mempertanyakan hal tersebut.