Teknologi dan fisik, open data, tata kelola, bisnis, dan layer experience yang bisa diakses pada telepon genggam merupakan lima layer yang perlu dikembangkan untuk membentuk sebuah Kebijakan Smart tourism tepat guna. Selain itu, Kebijakan transformasi sosial juga menjadi hal krusial karena masyarakat Kabupaten Samosir belum menjadi masyarakat pariwisata. Untuk itu, diperlukan transformasi sosial, mulai dari mindset hingga perilaku melalui berbagai cara dengan berbagai cara, salah satunya inovasi sosial.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Elitua H. Simarmata, ST., ME., pada sidang promosi Doktor dalam bidang Ilmu Administrasi, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, Jumat (9/12/2022) siang di Auditoium Edisi 2020 Gedung M lt.4 FIA UI.

“Untuk dapat mencapai daya saing berkelanjutan yang lebih baik, dibutuhkan kebijakan-kebijakan lainnya seperti perencanaan, infrastruktur, promosi, revitalisasi aset alam dan budaya, kolaborasi, insentif dan fasilitasi pemerintah, penanganan limbah, manajemen krisis, dan capabilities building. Kebijakan transformasi sosial melalui inovasi sosial merupakan yang paling fundamental,” kata Elitua.

Kabupaten Samosir menjadi salah satu destinasi pariwisata prioritas nasional yang digadang-gadang dapat menjadi Bali baru. Namun, mimpi ini rupanya masih jauh dari kenyataan. Destinasi Samosir belum mencapai daya saing berkelanjutan yang diharapkan, baik secara ekonomi, sosiokultural, lingkungan, maupun institusional. Oleh karena itu, ekosistem pariwisata yang terletak di Sumatera Utara ini masih memerlukan berbagai perubahan yang masif dari berbagai sisi, termasuk efektivitas kebijakan untuk meningkatkan daya saing pariwisata yang saat ini masih terbilang masih kecil.

“Total wisatawan yang berkunjung ke Kab. Samosir tahun 2019 hanya sekitar 5% dari Badung. Ukuran pasarnya hanya 1,3% dari Badung. Rasio wisatawan mancanegara terhadap wisatawan nusantara semakin turun, dari 19,5% tahun 2015 menjadi 12,2% tahun 2019. Jumlah wisman tumbuh negatif -22,4% tahun 2019. Terjadi tren penurunan pengeluaran wisatawan dari Rp. 928 ribu tahun 2016 menjadi Rp. 566 ribu tahun 2019. Dapat dikatakan, daya saing berkelanjutan pariwisata Samosir belum meningkat signifikan, meskipun intervensi kebijakan sudah sangat masif,” ungkap Elitua.

Elitua menyebut bahwa daya saing berkelanjutan pariwisata Samosir belum meningkat signifikan disebabkan oleh 3 karakteristik subsistemik (archetype), yaitu: limit to growth gap kualitas, fix that fails infrastruktur dan promosi, dan tragedy of common pencemaran danau. Sehingga, destinasi belum dapat memenuhi ekspektasi wisatawan.

Kebijakan pemerintah, kata Dr. Elitua, perlu diubah dengan prioritas memampukan para aktor pariwisata mentransformasi resources dan capabilities yang VRIO menjadi pengalaman unik berwisata, sehingga dapat mencapai daya saing yang berkelanjutan.

Dalam acara sidang promosi doktor ini, Dr. Elitua H. Simarmata, ST., ME., berhasil menjadi doktor dari Program Doktor Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia ke-22 dan lulusan Ilmu Administrasi ke-210 dengan yudisium cumlaude.

Sebagai informasi, sidang promosi doktor Dr. Elitua ini diketuai oleh Prof. Ir. Bernardus Yuliarto Nugroho, MSM., Ph.D dengan promotor Prof. Dr. Ferdinand D. Saragih, M.A (alm) dan Dr. Retno Kusumastuti M.Si; co-promotor: Prof. Dr. Chandra Wijaya M.Si., MM.; penguji: Prof. Dr. Sapta Nirwandar, SE; Prof. Dr. Martani Huseini; Prof. Drs. Azhar Kashim, MPA, PhD.